Situasi Kehidupan Para Sahabat
Para sahabat Rasulullah saw merupakan penduduk bumi yang paling mulia setelah para Nabi (Semoga shalawat tercurahkan kepada mereka semua), sejarah mereka merupakan sejarah paling utama dan mulia, derajat mereka paling tinggi dan luhur sehingga Nabi saw bersabda: “Seandainya salah satu dari kalian bersedekah emas yang sepadan dengan gunung Uhud niscaya tidak akan melebihi satu mud dan tidak pula setengah mud dari sedekah mereka. Dan seandainya salah satu dari kalian bersedekah emas yang sepadan dengan bumi niscaya tidak akan melebihi satu mud dan tidak pula setengah mud dari sedekah mereka.”
Disini kami akan menerangkan sedikit dari sejarah hidup dan keadaan mereka dalam bekerja dan mencari rezeki. Sayyiduna Abu Bakar Ash Shiddiq Ra. yang telah disepakati oleh para muslimin perihal kebenaran perilakunya dan keadilannya dalam setiap memberi hukum, makhluk paling utama setelah Nabi saw dalam beragama dan paling lurus dalam urusan agama, setelah menjadi khalifah Nabi saw atas kesepakatan orang islam, beliau beranggapan bahwa bekerja untuk menghidupi keluarganya merupakan hal yang tak bisa dihindari dan tidak baik untuk di tinggalkan.
Kemudian beliau menuju pasar untuk bekerja demi keluarga dan bertemu dengan para sahabat lainnya di dalam pasar, mereka berkata kepada Abu Bakar: “Wahai khalifah Rasulullah, pulanglah karena engkau mempunyai tanggungan mengurusi muslimin dan kemaslahatan mereka.” Abu Bakar menjawab: “Tentukanlah bagian (dari baitul mal) untukku.” Maka para sahabat pun setuju dan beliau ridha dengan keputusan itu, lalu beliau kembali fokus dengan urusan muslimin setelah ada ketentuan bagian untuk keluarga beliau.
Begitu juga Sayyidina Umar bin Al Khaththab, beliau orang yang mulia dan bersungguh-sungguh dalam mengurusi anak-anaknya. Beliau menghidupi dirinya dan keluarganya dari uang baitul mal, diriwayatkan bahwa beliau berkata: “Apakah kalian tahu apa yang aku halalkan dari harta ini? Dua pakaian untuk musim dingin dan panas, satu kendaraan untuk berhaji dan makanan kebiasaan suku Quraisy, tidak lebih mewah dan tidak juga lebih rendah dari mereka.” Beliau juga berkata: “Aku tidak tahu apakah itu semua halal bagiku atau tidak?”
Sayyidina Usman bin Affan sama mulianya dengan mereka, dan juga sangat komitmen dalam segala urusan. Beliau merupakan salah satu sahabat yang berdagang dan paling kaya, cerita mengenai beliau sangat terkenal dan sudah diketahui. Begitu juga Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, yang mempunyai keutamaan dan agama yang baik, berilmu dan bijaksana, beliau menyirami pohon kurma dan memiliki dua onta untuk mengambil air yang digunakan untuk memuat rumput idzkhir.
Setelah Nabi saw mempersaudarakan Amir bin Rabi’ dan Abdurrahman bin Auf, Amir berkata kepada Abdurraahman: “Ini adalah sebagian hartaku dan aku mempunyai dua istri, saya akan memberimu satu.” Abdurrahman menjawab: “Saya tidak membutuhkan itu, tunjukkan saja kepadaku dimana letak pasar.” Kemudian beliau menuju pasar dan pulang membawa mentega dan keju, karena beliau tahu keutamaan bekerja dan berusaha mencari rezeki, maka beliau memilih untuk mencari rezeki yang halal, bagi sahabat Nabi saw tidak ada keraguan dalam urusannya dan tidak di temukan syubhat dalam hatinya.
Perbuatan para pembesar sahabat Nabi saw ini adalah beberapa contoh dan bukti keutamaan bekerja dan berusaha mencari rezeki -semoga Allah ridha kepada mereka-. Begitu juga para Tabi’in, mereka menempuh jalan yang lurus sebagaimana para sahabat, kemudian di ikuti para ulama salaf yang merupakan para ulama yang shalih (Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka).
0 komentar:
Posting Komentar